Selain Nyepi, Galungan merupakan salah satu perayaan yang sangat  penting bagi umat Hindu di Bali. Sebelum hari H ada beberapa perayaan  yang juga menyertai seperti penampahan Galungan, yaitu satu hari sebelum  Galungan. “Penampahan” berarti “penyembelihan” karena pada hari ini  diadakan penyemblihan babi yang biasanya dilakukan secara bergrup oleh  kaum pria. Sementara para ibu-ibu sibuk mempersiapkan banten untuk  keesokan harinya.
Sebagian ada yang membuat babi guling utuh untuk persembahan sebagai wujud syukur kepada Ida Sang Hyang Widi (Tuhan), yang lainnya membuat sate, lawar,  urutan (sosis babi) dan juga tum (daging babi dicincang dengan bumbu  lengkap dan dibungkus dengan dedaunan dan direbus). Setelah selesai di  dapur, kaum pria melanjutkan dengan membuat penjor dan dipasang pada  hari itu juga.
Keesokannya, tibalah hari raya Galungan. Hari raya suci ini sangat  erat kaitannya dengan cerita kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma  (kejahatan), sehingga hari ini dirayakan sebagai ungkapan kegembiraan  dan  kemenangan. Kejahatan yang dimaksud sesungguhnya adalah sifat-sifat  buruk yang ada dalam diri manusia itu sendiri, bukan di luar.   Persembahyangan dilakukan di pura keluarga.
Esok harinya, dikenal dengan Manis Galungan. Pada hari inilah akan  diadakan kegiatan silaturahmi, saling mengunjungi dan tentunya saling  mencicipi masakan dari Babi. Di Bali, pusat perkantoran biasanya libur  selama 3 hari mulai dari Penampahan hingga Manis Galungan.
Oh ya, hari raya Galungan sendiri datang tiap 6 bulan kalender Bali  atau 210 hari, karena dalam 1 bulan kalender Bali ada 35 hari.
Sumber :http://www.lintasberita.com/go/1231511 
 
 
